Saya akan sedikit berbagi cerita tentang pengalaman menjajal gunung Galunggung yang terletak di kabupaten Tasikmalaya, setelah perjalanan ekspedisi gunung-gunung lain yang ada di pulau jawa. Sebenarnya saya bukan pendaki gunung handal yang seperti kawan-kawan sering lakukan.
Sebelumnya saya akan mengungkap sedikit keberadaan yang ada di gunung Galunggung. Mungkin ini sudah menjadi cerita rahasia umum, sebab hasil kontemplasi saya sendiri mengatakan bahwa dibalik keindahan Galunggung tersimpan harta pusaka ratusan bahkan berabad tahun. Hal ini pun diakui oleh seorang juru kunci gunung Galunggung yang saya kenal baik Namun siapa sangka jika pada dinding Galunggung terdapat kekayaan alam yang sangat bernilai. Tapi saya tak bisa menunjukan letak tersebut, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang-orang dan pihak yang tidak bertanggung jawab. Percaya atau tidak, saya pernah membuktikannya.
Awal penjelajahan saya di gunung Galunggung pada pertengahan tahun 2007. Pada hari pertama tujuan saya adalah sebuah goa yang berada di belantara hutan lereng Galunggung (lihat gambar. tanda panah merah). Tapi saya heran, warga sekitar wilayah Galunggung tidak tahu menahu soal keberadaan goa tersebut, bahkan tak ada seorang pun yang tahu jika ada goa di dalam hutan tersebut. Sekarang saya paham, kenapa goa tersebut tidak pernah dijumpai orang tanpa seizin juru kunci. Saya pernah membuktikan hal ini, ternyata memang tak pernah dijumpai ada goa, padahal saya melalui jalan yang sama pada saat itu... aneh ya.
Perjalanan menuju goa hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki melewati jalan terjal dan menanjak. Yang saya herankan, berjalan kaki menuju goa hanya ditempuh selama 1 jam 10 menit (sudah termasuk istirahat diperjalanan), saat kembali pun hanya ditempuh dengan waktu yang sama, padahal saat kembali saya tidak beristirahat serta medan jalan menurun, berbeda dengan saat menuju yang medannya naik bukit.
Setelah memasuki kawasan hutan belantara saya mulai merasa asing dengan apa yang saya lihat. Tapi mereka sangat ramah saat berpapasan, pakaian yang khas serba hitam tanpa kancing dengan golok dipinggang dan kain sarung yang dijadikan ikat pinggang serta seekor anjing yang setia mengiringi langkah majikannya, bahkan ada juga yang hanya bertelanjang dada.
Ditengah semak seorang ibu paruh baya bersama putri-putrinya sedang berkumpul menikmati makan nasi yang hanya beralaskan daun pisang dan tempurung kelapa menawarkan saya agar ikut bergabung pada saat saya melewati jalan itu. Saya sangat terpesona dengan keramahan mereka.
Inilah gambaran-gambaran ilustrasi penghuni hutan bunian gunung Galunggung.
Perjalanan yang cukup menguras tenaga membawa saya ke tempat tujuan. Selama satu malam saya mencoba kontemplasi ditempat tersebut. Semua ini saya lakukan demi suatu pengalaman dan keingintahuan apa yang ada dibalik alam Galunggung. Menurut sejarah, Galunggung sudah pernah meletus 4 kali, yang terakhir pada tahun 1822 sampai1823, letusan gunung terlama selama 9 bulan yang memakan korban jiwa sekitar 4000 jiwa lebih. Dalam kontemplasi saya, goa tersebut seperti aula sebuah kerajaan yang berhias emas dan permadani indah. Beberapa saat kemudian saya didatangi seorang putri cantik dan memperkenalkan namanya (maaf saya lupa nama perempuan tersebut), dia mengaku sebagai dayang utusan Ratu Laut Kidul untuk menjaga wilayah Galunggung. Dia menyebutkan, jika goa ini bisa menembus pantai selatan. Maka tidak heran jika cerita orang tua bahwa semburan pasir letusan Galunggung bercampur dengan sisa-sisa kerang laut.
Wallohu 'alam.....
Pada hari selanjutnya penjelajahan saya lakukan di tiga titik yang berbeda masih dalam kawasan gunung Galunggung. Pada kontemplasi teakhir saya dapat menjumpai Kuncung Putih yang mengaku tinggal dan menjaga wilayah kawah Galunggung. Dia menyebutkan, jika suatu saat Gunung ini akan meletus kembali dan meratakan semuanya. Benar atau tidaknya semua sudah diatur oleh Sang Maha Pencipta.
Hubungan manusia, Tuhan dan alam semesta, muncul karena kesadaran bahwa diri kita hanya merupakan bagian terkecil dari alam semesta, lemah dan tak berdaya, sedangkan alam mempunyai kekuatan dan kuasa yang maha dahsyat. Sehingga tidak ada seorang pun mampu menguasai dan menaklukan kekuatan alam tersebut. Bahkan, pada komunitas masyarakat tertentu, memahami bahwa ada bagian-bagian pada alam merupakan pribadi yang harus dihormati ataupun ada pribadi tertentu yang menguasai alam, ia bisa mencurahkan murkanya jika manusia merusak wilayah kekuasaannya.