widget animasi

translate

Profesor Prodo Imitatio


Salam Imitatio! Viva Profesores Prodo! ihi..ihi...ihi.....

Panggil saja aku Prodo Imitiato! ihi..ihi..ihi.....

Saudara-saudara jangan heran dan takjub. Ini dunia sandiwara. Di sebuah negeri yang pendidikannya berseri-seri. Di sebuah negeri yang orang-orangnya penuh nafsu pada gelar. Terutama gelar kesarjanaan. Manakala untuk memperoleh gelar itu sulit, harus bersusah payah, kerja keras, berkorban waktu, pikiran dan tenaga serta dana. Munculah seorang dewa penolong yang siap memberi gelar dari S1-S2-S3, bisa apa saja dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, segala sesuatu yang menyangkut pemberian gelar diselesaikan dengan sejumlah uang, untuk wisudanya di hotel berbintang. Ihi..ihi..ihi.....

Saudara-saudara, uang adalah alat pembeli gelar yang paling ampuh dan dahsyat.  Siapa dewa penolong itu?
ihi..ihi..ihi.....

That’s Me!
ihi..ihi..ihi.....

Saudara-saudara, kitab-kitab ini adalah buku-buku tebal yang sengaja kususun bersama Tim dari universitasku, coba lihat,  ada kitab 1000 gelar, ada kitab kiat-kiat jual beli gelar, masa depan cemerlang bersama Prodo Imitatio, seni berfikir negatif, dll.  Kitab-kitab tebal ini kalau disusun dapat jadi tempat duduk. 
(MENYUSUNNYA DAN LALU MENDUDUKINYA)

Siapa berkenan pesan hubungi saja University Of Zuzulapan yang pusatnya di Amarakua, tetapi cabangnya ada di sini, ya aku sendiri Prodo Imitatio rektornya! ihi..ihi..ihi.....

Saudara-saudara pasti penasaran bagaimana bisa orang-orang beli gelar? Dengan mudah aku jawab, bisa! Mengapa tidak ? Akan aku jelaskan mengapa ?
Negeri yang pendidikannya berseri-seri ini orang-orangnya rindu akan gelar kesarjanaan. Mari kita lihat sejarah negeri ini.

(MENGAMBIL GAMBAR DARI KOPER, GAMBAR RAJA TENGAH MEMBERI GELAR PADA PENGIKUTNYA DALAM SEBUAH UPACARA)

Lihat ini baik-baik saudara, dulu di zaman raja-raja hidup, sebagai penghargaan pada para pengikutnya, dia memberikan gelar dan kedudukan. Para pengikutnya menjadi hormat dan bermartabat.

(LALU MENYIMPAN KEMBALI DAN MENGGANTI DENGAN GAMBAR YANG LAIN. GAMBAR BANGSA ASING SEDANG MEMBERI GELAR PADA BUMIPUTRA)

Lihat baik-baik, ini di masa penjajahan bangsa asing. Untuk menggoda para bumiputra supaya merasa terhormat. Mereka memberi gelar pada siapa saja yang punya uang, gelar itu melekat dan orang itu merasa menjadi  bangsawan, menak, raden, padahal tidak. Konon dulu di tanah sunda ada sebutan Raden Sabenggol Sakancing Bedol, maksudnya dia membeli gelar harganya satu benggol, pakaiannya penuh kancing emas imitasi. Kalau ditarik sekali saja rontok. ihi..ihi..ihi.....

Jadi sebenarnya aku pelanjut tradisi-tradisi itu, Tradisi raja dan penjajah dulu. Saudara-saudara tahu? setelah pendidikan menjadi kebutuhan di negeri yang pendidikannya berseri-seri ini, sejumlah perguruan tinggi berdiri, program S1-S2-S3 pun banyak, ibaratnya mendaki gunung tinggi dengan susah payah, peluang itu muncul bagiku yang dibesarkan dengan penuh kemanjaan. Mengapa kemanjaan? Orang tuaku kaya raya. Akhirnya aku malas.

Setiap pagi ibuku selalu teriak : "Nak, ke sekolah sayang, hari sudah siang!" 

Aku tidak menjawab, sebaliknya selimutku kutarik menutup wajah, waktu itu matahari sudah terang di anak jendela kamar.

Ibuku kembali bersuara dari luar kamar : "Ya sudah sayang, nanti mama kontak kepala sekolah bahwa kamu sakit."

Aku tersenyum dalam selimut. Akhirnya menjadi malas sekolah, tapi naik kelas, ingin dan harus. Kalau tidak aku malu. Jadilah uang orangtua meradang, menyerang kesana kemari membabi buta, hasilnya ternyata tidak sia-sia! ihi..ihi..ihi.....  

Aku naik kelas, dikatrol dari mulai sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas, perguruan tinggi, aku hidup dengan irama uang yang meradang-radang di mana-mana, jadilah aku seorang sarjana yang lulus karena permainan uang! ihi..ihi..ihi.....

Tetapi aku tak siap menerima tantangan, ketika harus bersaing menjadi seorang doktor dan guru besar, aku gagal total, aku meminggirkan diri pelan-pelan, dan bergabung dengan University of Zuzulapan dari Amarakua. Sejumlah orang yang mencari keuntungan lewat jual beli gelar, karena gelar memang dicari demi gengsi, diburu demi sesuatu.
Kebetulan aku salah satu pemilik saham terbesar dalam bisnis gelar ini, maka dengan mudah kedudukanku sebagai rektor perguruan tinggi cabang dari Amarakua itu. Semakin gila sepak terjangku, semakin banyak uang terkumpul, orang-orang senang membeli gelar, dan memberendel di depan namanya. Mulai dari gelar S1-S2-S3 bahkan profesor dan Honoris Causa, banyak dan berani bayar tinggi. Aku sering bernyanyi sambil menghitung untung.

"naik-naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali-kiri kanan kulihat saja banyak pohon gelar."

(TERKEKEH SEPERTI KAMBING. MENGAMBIL GAMBAR LAMBANG UNIVERSITASNYA)

Nah ini pohon gelar, lambang University of Zuzulapan, indah bukan. Demikian promosiku, saudara-saudara berminat hubungi aku. Di nomor khusus

(SETENGAH BERBISIK)

Jangan disini, di sini terlalu terbuka.

Saudara-saudara, sekarang aku jadi penghuni hotel prodeo, dimana curut dan kecoa suka datang bertandang. Sebagai hiburan, tidak apa-apa, curut suka ku kejar-kejar lalu keluar. Kecoa tidak kumatikan, tapi kutangkap lalu kuperhatikan, luar biasa saudara-saudara. Makhluk menjijikkan itu ternyata punya daya tahan hidup yang tinggi kalau tidak dibikin mati. Dia akan tetap bertahan tanpa tahu waktu sudah berganti. Si kecoa ini, aku beri nama si kepala baja, karena cerminan aku yang tengah menderita tetapi harus bertahan hidup sampai masa hukumanku habis. Aku akan menghirup udara bebas kembali.

(TIBA-TIBA ADA KORAN DILEMPAR DARI LUAR JERUJI)
Eiit, untung berkelit.

(TERIAK)
Kalau bagi-bagi koran jangan dilempar, berikan saja secara sopan!

(TERDENGAR SUARA SIPIR : Makan tuh koran, beritanya ada di halaman…!)

Hei! Sipir! Halaman berapa?

(TERDENGAR SUARA SIPIR : Cari sendiri! Masa Prodo bodo!)

Dasar, sipir tahunya cuma nyengir.

Saudara-saudara tahu, di hotel prodeo ini memang gratis, tapi ada juga yang tidak gratis. Aku lihat koran dulu, sayang tidak ada kopi hangat yang masih mengepul dan sepiring pisang goreng madu kesukaanku.

(MEMBUKA-BUKA HALAMAN KORAN)

Menteri pendidikan memberantas para penjual gelar, sebuah gebrakan baru penuh harapan. Baru-baru ini menteri pendidikan Manaboa telah membuat kerjasama dengan pihak kepolisian untuk memberantas bisnis jual beli gelar kesarjanaan. Beberapa perguruan tinggi papan nama diduga banyak berbisnis jual beli gelar. Sebagaimana diberitakan pekan lalu, telah ditangkap seorang gembong bisnis jual beli gelar bernama Lay Apusi alias Prodo Imitatio yang selama ini telah berhasil mewisuda orang-orang penting di Manaboa ini dengan gelar-gelar imitasi. ihi..ihi..ihi.....
Akhirnya masuk koran juga.

(MEMBACA KEMBALI)

Bisnis jual beli gelar memang sudah menggurita tanpa upaya memberantasnya, niscaya akan banyak sarjana, magister dan doktor palsu. Kalau di Manaboa ini banyak para sarjana palsu, apa jadinya negeri ini. Bayangkan, menurut data, University of Zuzulapan yang asalnya dari Amarakua, cabangnya dikelola Lay Apusi alias Prodo Imitiato itu telah menghasilkan lima puluh orang doktor, seratus lima puluh tujuh Master Bisnis dan tiga ratus tiga puluh tiga sarjana berbagai bidang. Di mana mereka sekarang?
Mereka menjadi orang-orang penting di Manaboa ini!

(BERDIRI DAN BERTERIAK-TERIAK)

Mereka menjadi orang-orang penting di Manaboa ini!
Mereka menjadi orang-orang penting di Manaboa ini!

(SETELAH MERASA LELAH DIA DUDUK KEMBALI)

Saudara-saudara tahu, gelar akan terus diburu, sepanjang orang butuh, meski aku disini, aku banyak tangan kanan, banyak kawan-kawan yang terus dengan gigih dan bertahan dalam bisnis jual beli gelar secara sembunyi-sembunyi dan kamuflase tinggi. Bagiku apalagi, kecoa si kepala baja itu membuat aku sadar dan belajar, bahwa sepanjang banyak orang memerlukan gelar tanpa harus susah payah asalkan punya uang, bisnisku tak kan mati. Seperti pelacuran, sepanjang masih banyak laki-laki hidung belang mata bongsang bertandang ke sarang-sarang kenikmatan ranjang itu, sepanjang itu juga bisnis esek-esek laku keras bak kacang goreng. ihi..ihi..ihi....(TERKEKEH-KEKEH SEPERTI KAMBING)

Seharusnya yang ditangkap bukan pelacurnya, tetapi para hidung belangnya, bukan penjualnya tapi pembelinya. Di negeri ini aneh, pelacur di tangkapi, dirazia malam-malam, hidung belangnya dibiarkan bebas berlalu lalang. Termasuk dalam bisnis gelar ini, yang ditangkap penjualnya tetapi pembelinya dibiarkan begitu saja tanpa sangsi apa-apa, bahkan akhirnya banyak yang jadi orang penting.

(BERDIRI DAN BERTERIAK-TERIAK)

Yang harus ditangkap itu pembeli bukan penjual !
Yang harus ditangkap itu pembeli bukan penjual !

(KETIKA TENGAH BERTERIAK, TIBA-TIBA SEEMBER AIR MENGGUYUR TUBUHNYA)

(TERDENGAR SUARA SIPIR : Mandi tuh air, teriak sampai serak !)

Apa ini? Sipir gila, aku bilang aku lagi malas mandi. Kenapa kamu guyur! jadi basah semua nih !

Maaf, saudara-saudara, perlu kami beritahukan bahwa bisnis jual beli gelar hanya terjadi di Manaboa, bukan di Indonesia. Terimakasih.