Aku
mendengar suara dari irama nafasnya :
Akulah Balkadaba. Aku hayawan raksasa yang kau sangka tinggal di masa silam
Padahal tidak ada lembar sejarah kehidupanmu yang aku tidak merasuk di darahmu
Bahkan aku berdampingan dengan ion, proton, electron, daging busukmu
Aku sais gelombang nafsu dan frekwensi sejarahmu
Aku meniupkan zat titipan Tuhan di hawa pranamu
Aku mengurai diri menginti menjadi kristal di pusat jantungmu
Padahal tidak ada lembar sejarah kehidupanmu yang aku tidak merasuk di darahmu
Bahkan aku berdampingan dengan ion, proton, electron, daging busukmu
Aku sais gelombang nafsu dan frekwensi sejarahmu
Aku meniupkan zat titipan Tuhan di hawa pranamu
Aku mengurai diri menginti menjadi kristal di pusat jantungmu
Aku bertopeng cahaya palsuku
Ku pompa tekhnologimu menjadi budaya tanpa kecerdasan
Kristalku memancar melalui gelombang
Memecah pikiranmu sampai terkeping-keping
Menyeret hatimu ke ruang-ruang hampa
Membanting jiwamu hingga terputus syaraf-syarafnya
Ku pompa tekhnologimu menjadi budaya tanpa kecerdasan
Kristalku memancar melalui gelombang
Memecah pikiranmu sampai terkeping-keping
Menyeret hatimu ke ruang-ruang hampa
Membanting jiwamu hingga terputus syaraf-syarafnya
Aku
menguntit kemanapun langkah kalian
Kutandai jalan peradaban kalian yang membentang
Yang segera berujung di gerbang kehancuran
Ssshh.. Hah! Aku ketakutan sendiri
Kutandai jalan peradaban kalian yang membentang
Yang segera berujung di gerbang kehancuran
Ssshh.. Hah! Aku ketakutan sendiri
Aku berlari ke atas bukit
Ku tengok negeriku dari kejauhan
Wahai para kekasih di tanah airku yang kesepian
Apa yang sedang kalian lakukan?
Aku menyaksikan 120 juta orang kosong wajahnya
120 juta orang di ombang-ambingkan oleh hanya 1 juta orang
Di seret, di giring, di jerat, di lemparkan ke ruang-ruang hampa yang tanpa masa depan
Tetapi aku melihat seribu orang berlarian kesana-kemari
Ada yang pergi cari Joyoboyo
Ada yang ketik REG ke Mama Lauren
Ada yang terbang ke Andalusia hingga Yunani dan Mesir Kuno
Ada yang bersila bertapa memasuki kuil inka dan maya
Ada yang berendam di sungai
Ada yang gelantung di pohon bak kelelawar
Ada yang pergi semedi ke Gunung Lawu
Ku tengok negeriku dari kejauhan
Wahai para kekasih di tanah airku yang kesepian
Apa yang sedang kalian lakukan?
Aku menyaksikan 120 juta orang kosong wajahnya
120 juta orang di ombang-ambingkan oleh hanya 1 juta orang
Di seret, di giring, di jerat, di lemparkan ke ruang-ruang hampa yang tanpa masa depan
Tetapi aku melihat seribu orang berlarian kesana-kemari
Ada yang pergi cari Joyoboyo
Ada yang ketik REG ke Mama Lauren
Ada yang terbang ke Andalusia hingga Yunani dan Mesir Kuno
Ada yang bersila bertapa memasuki kuil inka dan maya
Ada yang berendam di sungai
Ada yang gelantung di pohon bak kelelawar
Ada yang pergi semedi ke Gunung Lawu
Aauuww…!!
Balkadaba tiba-tiba mengeluarkan suara yang sangat aneh semacam ringkikan, tetapi juga seperti auman yang panjang tanpa kuketahui asal usulnya, tiba-tiba pula badanku sudah berada diatas kepalanya yang sangat besar. Sekilas muncul rasa asik di dalam perasaanku. Seolah-olah aku sedang naik buroq.
Balkadaba tiba-tiba mengeluarkan suara yang sangat aneh semacam ringkikan, tetapi juga seperti auman yang panjang tanpa kuketahui asal usulnya, tiba-tiba pula badanku sudah berada diatas kepalanya yang sangat besar. Sekilas muncul rasa asik di dalam perasaanku. Seolah-olah aku sedang naik buroq.
Balkadaba
membawaku ke puncak bukit. Ia memutar badannya kemudian berhenti, tepat di arah
mana tadi aku menatap tanah airku Indonesia. Gelap, keremangan dan cahaya
bergantian memancar langit ke tanah air yang subur itu. Kemudian terdengar
suara genderang bergemontang menciptakan gelombang-gelombang.
Dan di
tengah-tengah gelombang suara dari tanah air itu, aku mendengar seorang lelaki
berteriak :
Aku deklarasikan hari ini. Kabinetku bernama, kabinet Laba Untuk Rakyat.
Seluruh mekanisme kerja dan keputusan pemerintahanku harus menuju pencapaian Laba Untuk Rakyat.
Bersama para menteri dan semua aparatur pemerintahanku, aku bersumpah dan mendapat laknat langsung dari Tuhan. Jika bernafas, begerak, melangkah dan melakukan apa saja tidak demi memperjuangkan Laba Untuk Rakyat.
Ini bukan soal siapa presidennya dan siapa wakilnya, juga tidak penting apakah engkau jadi presiden atau jadi bambung melarat. Para preman, kiyai, artis, jendral pecak silahkan jadi nomer satu. Tapi syaratnya, mengabdi kepada Laba Untuk Rakyat. Siapapun saja yang sudah terlanjur menghuni tanah negeriku dan siapapun saja yang datang dari luar. Semua bekerja dan mengabdi kepada satu hal saja, Laba Untuk Rakyat. Makhluk-makhluk raksasa siapapun nama kalian. IMF, Bank Dunia, ADB, Modal Asing, Modal Ajaib, Wewe Gombel, Genderuwo, Banaspati, termasuk Sundel Bolong, silahkan masuk ke Indonesia bergabung di dalam prinsip, Laba Untuk Rakyat Indonesia. Setan, iblis, konglomerat, global system moneter internasional, dajal iluminati alombratosdruhundimomonolengeng, silahkan berkiprah. Tetapi begitu memasuki batas pagar negeriku, hanya satu yang berlaku, Laba Untuk Rakyat.
Silahkan para ahli bicara tentang negara, kerajaan, monarki, sosialisme, baik yang religius maupun yang setengah religius. Kapitalisme, ultra kapitalisme, neoliberalisme dan kainamisme. Tapi Kun Fayakunnya cuma satu, Laba Untuk Rakyat. Mau mengolah tambang batubara, emas,.. silahkan!. Mau bikin mall-mall, carefour, carethree, caretwo.. Mau bikin PT Kapal Keruk Taline Kenceng, Saeful Ngantuk Taline Ngaceng, Perusahaan Kluwung International.. silahkan!. Tapi berunding sama saya, dan aturan pembagian hasilnya hanya satu, Laba Untuk Rakyat. Iblis mau bikin perusahaan, malaikat Jibril mau bikin parpol, silahkan!.. tuhan mau kost, silahkan!.. Tapi satu perundingannya, Laba Untuk Rakyat.
Silahkan masuk semuanya imprealisme jenis apa saja. Silahkan subversi penjajahan lewat kampus-kampus pendidikan dan media-media. Santet, tenung, rudal, bedil, senapan, peluru, mata-mata matamu. Tapi urusan negeriku cuma satu, Laba Untuk Rakyat. MPR, DPR, DPD, atau silahkan bikin lagi KPR, Pak De, Bu De.. Lembaga Sayang Masalah, Aktivisme, Lembaga Dana Internasional. Tayangan rasan-rasan dan wawancara lempar batu dari kejauhan. Madhab Jender, Komunitas Munafik Liberal, silahkan berjoget di panggung nasional, tapi tidak ada aturan, tidak ada undang-undang, tidak ada polisi, tidak ada rapat dan surat keputusan, kecuali demi Laba Untuk Rakyat.
Pisahkan secara transparan kas pemerintah dengan kas Negara. Tidak ada pegawai negeri yang patuh kepada atasan, yang ada adalah pegawai negara yang taat kepada undang-undang. Rakyat adalah pejabat tertinggi, dan para pejabat adalah buruh dan pembantu yang digaji.
Aku deklarasikan hari ini. Kabinetku bernama, kabinet Laba Untuk Rakyat.
Seluruh mekanisme kerja dan keputusan pemerintahanku harus menuju pencapaian Laba Untuk Rakyat.
Bersama para menteri dan semua aparatur pemerintahanku, aku bersumpah dan mendapat laknat langsung dari Tuhan. Jika bernafas, begerak, melangkah dan melakukan apa saja tidak demi memperjuangkan Laba Untuk Rakyat.
Ini bukan soal siapa presidennya dan siapa wakilnya, juga tidak penting apakah engkau jadi presiden atau jadi bambung melarat. Para preman, kiyai, artis, jendral pecak silahkan jadi nomer satu. Tapi syaratnya, mengabdi kepada Laba Untuk Rakyat. Siapapun saja yang sudah terlanjur menghuni tanah negeriku dan siapapun saja yang datang dari luar. Semua bekerja dan mengabdi kepada satu hal saja, Laba Untuk Rakyat. Makhluk-makhluk raksasa siapapun nama kalian. IMF, Bank Dunia, ADB, Modal Asing, Modal Ajaib, Wewe Gombel, Genderuwo, Banaspati, termasuk Sundel Bolong, silahkan masuk ke Indonesia bergabung di dalam prinsip, Laba Untuk Rakyat Indonesia. Setan, iblis, konglomerat, global system moneter internasional, dajal iluminati alombratosdruhundimomonolengeng, silahkan berkiprah. Tetapi begitu memasuki batas pagar negeriku, hanya satu yang berlaku, Laba Untuk Rakyat.
Silahkan para ahli bicara tentang negara, kerajaan, monarki, sosialisme, baik yang religius maupun yang setengah religius. Kapitalisme, ultra kapitalisme, neoliberalisme dan kainamisme. Tapi Kun Fayakunnya cuma satu, Laba Untuk Rakyat. Mau mengolah tambang batubara, emas,.. silahkan!. Mau bikin mall-mall, carefour, carethree, caretwo.. Mau bikin PT Kapal Keruk Taline Kenceng, Saeful Ngantuk Taline Ngaceng, Perusahaan Kluwung International.. silahkan!. Tapi berunding sama saya, dan aturan pembagian hasilnya hanya satu, Laba Untuk Rakyat. Iblis mau bikin perusahaan, malaikat Jibril mau bikin parpol, silahkan!.. tuhan mau kost, silahkan!.. Tapi satu perundingannya, Laba Untuk Rakyat.
Silahkan masuk semuanya imprealisme jenis apa saja. Silahkan subversi penjajahan lewat kampus-kampus pendidikan dan media-media. Santet, tenung, rudal, bedil, senapan, peluru, mata-mata matamu. Tapi urusan negeriku cuma satu, Laba Untuk Rakyat. MPR, DPR, DPD, atau silahkan bikin lagi KPR, Pak De, Bu De.. Lembaga Sayang Masalah, Aktivisme, Lembaga Dana Internasional. Tayangan rasan-rasan dan wawancara lempar batu dari kejauhan. Madhab Jender, Komunitas Munafik Liberal, silahkan berjoget di panggung nasional, tapi tidak ada aturan, tidak ada undang-undang, tidak ada polisi, tidak ada rapat dan surat keputusan, kecuali demi Laba Untuk Rakyat.
Pisahkan secara transparan kas pemerintah dengan kas Negara. Tidak ada pegawai negeri yang patuh kepada atasan, yang ada adalah pegawai negara yang taat kepada undang-undang. Rakyat adalah pejabat tertinggi, dan para pejabat adalah buruh dan pembantu yang digaji.
Palsafah
negaraku Panca Laba. Laba Rohani, Laba Akhlak, Laba Ilmu, Laba Budaya dan Laba
Jasad. Undang-undang negaraku Undang-undang martabat rakyat. Nun sewu ideologi negaraku
adalah manunggaling kawulo lan gusti, bahasa arabnya tauhid.. bainalloh..
wannas.. Allohu Akbar.
Di dada
pemimpin, di dalam dadanya Karwo dan Saiful, di dalam dadanya SBY, Budiono,
Prabowo, Susilo,..Susilo Bambang Budiono, Budiono Susilo Subianto. Di dalam
dada kalian, bersatulah rakyat dengan Tuhanmu. Engkau tidak akan menyakiti
rakyatmu, karena engkau tidak mau dilaknat oleh Tuhanmu. Dan engkau tidak akan
patuh kepada Tuhanmu, maka rakyat akan marah kepadamu. Karena rakyat dan Tuhan
menyatu di dalam kalbumu menjadi pusat pemerintahan, menjadi pusat
administrasi, menjadi pusat segala persidangan dan keputusan-keputusan sampai
moncrot-moncrot ditubuhmu.
Itulah sejatinya
pemimpin yang dibutuhkan oleh negaraku. Lambat atau cepat, kalian semua, semakin
banyak orang di berbagai wilayah, di berbagai provinsi, kabupaten, desa dan
kota akan makin banyak yang bersedia mati demi Laba Untuk Rakyat.